
Mengenal 2 Jenis Energi Surya dan Karakteristiknya
Saat ini, perusahaan energi di Indonesia tak hanya didominasi oleh energi minyak saja. Pasalnya, energi surya di Indonesia juga sudah berkembang dan umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Bicara soal energi surya, ternyata tipe energi terbarukan yang satu ini masih bisa dikategorikan ke dalam setidaknya 2 (dua) jenis. Kedua jenis tersebut selain energi surya alami (pasif), di mana sinar matahari masuk untuk menghangatkan rumah atau bangunan. Untuk lebih jelasnya, Anda bisa simak dulu penjelasan tentang kedua jenis energi surya berikut ini.
Photovoltaics (PV)
DAFTAR ISI
PV merupakan sebuah bentuk teknologi surya aktif yang pertama kali ditemukan pada tahun 1839 oleh seorang fisikawan Prancis, Alexandre-Edmond Becquerel. Saat ini, PV bisa dibilang merupakan jenis energi surya yang paling familiar dan banyak digunakan. Karena di sini, Anda membutuhkan penggunaan panel surya, yang masing-masing terdiri atas lusinan hingga ratusan sel surya.
Masing-masing sel surya tersebut memiliki semikonduktor, yang umumnya terbuat dari silikon. Ketika semikonduktor menyerap sinar matahari, elektron pun terlepas dan diarahkan ke arus listrik yang mengalir ke satu arah. Sisi atas dan bawah sel surya yang terbuat dari logam lantas akan mengarahkan arus listrik tersebut ke objek eksternal, misalnya pembangkit tenaga surya yang digunakan perusahaan energi di Indonesia.
Meski begitu, teknologi PV juga bisa digunakan pada skala yang lebih kecil. Contohnya pemasangan panel dan sel surya di atap atau bagian luar dinding bangunan, di sepanjang jalan untuk penerangan, dan sebagainya.
Concentrated Solar Power (CSP)
Jenis berikutnya adalah CSP, yang biasanya menggunakan lensa dan cermin agar sinar matahari terfokus (terkonsentrasi) dari area yang lebih besar ke area yang jauh lebih kecil. Kemudian sinar matahari akan memanaskan cairan, yang menghasilkan listrik atau menjadi bahan bakar untuk proses lain, seperti untuk menggerakkan turbin dalam pembangkit tenaga listrik.
Salah satu contoh CSP adalah cerobong surya, seperti reflektor Fresnel dan menara tenaga surya. Dalam pengoperasiannya, jenis-jenis cerobong surya tersebut juga menggunakan metode yang sama untuk menangkap dan mengubah energi surya menjadi listrik.
Pabrik CSP pertama kali dikembangkan pada tahun 1980-an, dan lokasi terbesar di dunia berada di California, tepatnya di Gurun Mojave. Di sana, terdapat beberapa pabrik CSP yang bisa menghasilkan listrik sebesar 650 gigawatt-hours setiap tahunnya. Di samping itu, ada juga pabrik CSP di Spanyol dan India.
Mirip seperti PV, CSP juga bisa digunakan dalam skala yang lebih kecil. Sebagai contoh, masyarakat bisa menggunakan CSP untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan alat pemasak surya, yang berfungsi untuk memasak makanan dan merebus air. Bahkan alat pemasak surya ini bisa jadi alternatif yang lebih bermanfaat dibandingkan kompor gas.